Selasa, 28 Juni 2011

FoSSEI JATENG GOES TO ICMI JATENG

Suatu kehormatan bagi FoSSEI Jateng periode 2011-2012 karena pada masa awal kepengurusan ini mendapat undangan dari ICMI Jateng untuk hadir dalam diskusi pakar bersama Ir.H. Muhaimin Iqbal (anggota DSN dan Founder gerai dinar). Ini merupakan salah satu be...ntuk pengakuan ICMI atas eksistensi dari FoSSEI. Diskusi ini dihadiri oleh para praktisi , akademisi ekonomi islam, anggota parpol, dan dari pemerintah provinsi Jateng juga ikut hadir. Ada yang tergabung dalam MES, IAEI, bank-bank syariah, BMT, dll. Namun sayangnya tidak semua perwakilan KSEI di Jawa Tengah dapat menghadiri acara tersebut karena ada beberapa kampus yang dalam tanggal pelaksanaan acara bertepatan dengan persiapan maupun sedang malaksanakan UAS. Adapun KSEI yang bisa hadir adalah dari KSEI UNDIP, UNISSULA, D3 UNS, STIE SWASTA MANDIRI, POLINES, IAIN WALISONGO, dan STAIN SURAKARTA. Diskusi tersebut berlangsung di kampus UNISSULA pada hari sabtu tanggal 25 Juni 2011. Acara diskusi resmi di buka pada pukul 09.00 WIB oleh salah satu Presidium Nasional ICMI yaitu Dr. Hj. Muh. Ibrahim. Namun sebelum membuka acara, terlebih dahulu beliau memaparkan mengenai visi, misi, serta program pokok dari ICMI se Indonesia. Tema yang di usung oleh ICMI adalah menguatkan peran ICMI dalam membangun peradaban Indoneia madani.
Berdasar tema tersebut ada dua program pokok yaitu gerakan membangun karakter bangsa dan I-Masjid. Gerakan membangun karakter bangsa ini dikhususkan untuk para generasi muda Indonesia dengan mengadakan workshop secara berkelanjutan sehingga nantinya dapat membangun karakter yang islami. Program ini sudah di terapkan pada mahasiwa Universitas Hassanudin dan beliau memaparkan bahwa dari hari ke hari berjalannya workshop sudah ada perubahan perilaku ke arah lebih positif yang ditunjukkan oleh peserta workshop baik dari segi kedisiplinan, ibadah hariannya, dll. Kemudian ada juga program I-Masjid yang mana inti dari program ini adalah membangkitkan perekonomian umat dengan cara memaksimalkan fungsi masjid. Diantara bentuk riil program I-masjid adalah adanya I-mart yang khusus menjual barang-barang produksi dalam negeri khususnya kaum muslim, ada juga pembangunan ATM, pendirian BMT, dll. Berdasar program ICMI tersebut harapannya FoSSEI dapat ikut berpartisipasi mensukseskannya agar upaya membumikan ekonomi islam dapat terbangun dengan lebih kuat dan sistematis sehingga tidak terkesan jalan sendiri-sendiri. Begitu acara dibuka maka dilanjutkan dengan launching BMT Artha Kencana. BMT Artha Kencana merupakan BMT bentukan ICMI yang berbasis dinar dirham. BMT ini hanyalah satu dari sekian banyak BMT bentukan ICMI yang tersebar di berbagai penjuru tanah air. Untuk lebih mesukseskan BMT ini maka di lakukan penandatanganan “Dukung Gerakan Dinar Dirham” oleh seluruh pengurus ICMI yang hadir pada acara ini. Seusai launching maka diskusi pakar bersama Ir. H. Muhaimin Iqbal langsung dimulai. Dalam diskusi tersebut, Pak Iqbal mengambil judul “Ketahanan Ekonomi Dalam Praktek”. Pertama -tama beliau menjelaskan bagaimana mekanisme pemiskinan global yang diakibatkan oleh penggunaan fiat money. Penggunaan fiat money mengakibatkan masyarakat selalu kembali pada zona merah yang mana dalam zona tersebut nilai kekayaan riil dari pemiliknya akan terus menurun dari waktu ke waktu meskipun secara nominal nilainya bertambah. Ada juga zona kuning dimana nilai kekayaan riil akan cenderung stabil apabila menggunakan dinar dirham. Zona yang terakhir adalah zona hijau dimana dalam zona ini kekayaan seseorang akan berkembang dan bermanfaat bagi orang lain apabila dipergunakan dalam bisnis riil. Jikalau 3 tahun sebelumnya pak iqbal baru berfokus untuk menggiatkan masyarakat berada pada zona kuning, seiring berjalannya waktu beliau mulai merambah pada zona hijau. Beliau berusaha menggiatkan kegiatan pada zona hijau yang sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan Al Hadits. Melalui proses diskusi yang panjang dari berbagai tokoh ulama dibogor maka akhirnya tercetuskan satu ide untuk membangkitkan perekonomian umat islam. Caranya adalah dengan membangun pasar yang sesuai dengan tuntunan rasulullah. Apalagi jika dilihat dari sejarah hidup rasulullah, maka setelah memantapkan aqidah kaum muhajirin dan anshar, langkah selanjutnya adalah dengan membangun pasar. Pasar tersebut jangan dipersempit dan tidak dibebani dengan beban yang berat. Tidak dipersempit disini maksudnya adalah tidak adanya sekat-sekat yang membatasi para pedagang satu sama lain serta tidak adanya barrier entry dalam pasar tersebut, sedang tidak di bebani dengan beban yang berat maksudnya adalah dengan tidak mengenakan biaya sepeserpun bagi yang berdagang disana. Konsep pasar tersebut sekarang telah direalisasikan oleh pak iqbal di daerah depok. Proses pendirian pasar bukannya tanpa hambatan, bahkan pada awal pendiriannya pak iqbal sempat diancam dengan hukuman penjara dan denda oleh pemerintah kota karena dianggap melanggar aturan yang berlaku disana tentang pendirian pasar. Aturan pendirian pasar disana sangatlah rumit. Namun atas pertolongan Allah, salah satu anggota tim dari pak iqbal menemukan solusi atas masalah tersebut yaitu dengan tidak menggunakan kata pasar melainkan menggunakan kata “Bazar”. Pasar itupun akhirnya diberi nama dengan “Bazar Madinah”. “Bazar Madinah” dibangun dan dikelola dengan teknologi modern. Atapnya dibuat dalam bentuk kubah dengan menggunakan teknologi modern agar terlihat luas dan tidak ada pembatas / sekat-sekat antar pedagang di pasar tersebut. Untuk mengawasi kesyariahan perdagangan disana maka dipasanglah sekitar 10 kamera CCTV diseluruh penjuru pasar. Selain teknologi modern, ada juga Al Tijarah Institute yang berfungsi untuk mengawasi dan membina para pedagang disana agar menerapkan prinsip-prinsip islam saat bertransaksi. Setiap sore para pedagang dikumpulkan untuk dilakukan evaluasi dan pembagian keuntungan dari hasil penjualan mereka. Untuk membiayai operasional pasar dan mengembangkan pasar maka pak iqbal menerapkan system syirkah yaitu dengan berbagi hasil dengan para pedagang. Namun bila barang dagangan tidak laku atau menderita kerugian maka pedagang tidak wajib berbagi hasil dengan pihak pengelola pasar. Agar proses bagi hasil ini dapat berjalan dengan semestinya maka dibuatlah suatu kasir bersama untuk tempat pembayaran seluruh transaksi yang terjadi di pasar tersebut. Dari waktu ke waktu minat pedagang yang ingin berjualan di bazar madinah semakin bertambah. Beliau mensiasatinya dengan membuat jadwal berdagang secara bergiliran. Akan tetapi, beliau juga sudah mulai melakukan upaya ekspansi bazaar madinah ini dengan mendirikannya lagi di tempat lain. Tidak hanya bazaar madinah saja masih ada lagi program lain dari pak iqbal yaitu dengan mengembangkan peternakan kambing etawa. Bahkan beliau mengkhususkan untuk menulis 1 buku yang didalamnya membahas mengenai pemanfaatan kambing ditinjau dari perspektif islam. Guna semakin menunjang program-program di atas maka paka iqbal juga mendirikan pondok pesantren yang berbasis entrepreneur. Pak iqbal menyediakan guest house khusus secara cuma-cuma untuk tempat menginap orang-orang yang ingin belajar mengenai penerapan entrepreneurship islami. Seusai pemaparan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab sekitar 1 jam. Tercatat ada 11 orang yang mengajukan pertanyaan namun hanya ada 9 penanya yang diberi kesempatan karena keterbatasan waktu yang ada. Pada pukul 12.00 WIB acara diskusi pun ditutup. Serasa mendapat semangat baru setelah mengikuti diskusi pakar bersama Ir. H. Muhaimin Iqbal. Semoga tulisan ini juga bisa memotivasi teman-teman KSEI di seluruh Indonesia untuk terus berkontribusi aktif dalam membumikan ekonomi islam. EKONOM RABBANI…BISA!!!
(Ismail Saleh – Manajer Internal FoSSEI Jateng 2011-2012)

1 komentar:

Elvan Syaputra mengatakan...

Salam temen2 Jateng..nh saya mau share mengenai Acara SECOND II Di Depok..Moga bermanfaat

http://elvancyber.wordpress.com/2012/02/18/syariah-economic-day-bsm-ui-part2/